Sebelum bangsa
Arab muncul di permukaan dan dikenal oleh dunia, bangsa Romawi yang mewakili
peradaban di Barat dan bangsa Persia di timur sudah lebih dulu ada. Kedua
bangsa besar ini telah menjadi kiblat bagi bangsa-bangsa kecil lainnya dan
menjadi pelopor kemajuan suatu bangsa yang menjadi bawahannya seakan menjadi
bangsa adidaya di masa itu.
Namun,
ketidak-adilan yang merajalela, kezaliman para pemimpinnya, kesewenang-wenangan
para penegak hukum, keserakahan para pejabat, kekejaman, kebengisan dan
kebobrokan moral bangsa besar inilah yang menjadikannya hancur. Disusul dengan
datangnya bangsa Arab yang maju ke pentas peradaban untuk memperkenalkan kepada
dunia arti keadilan dan perdamaian yang hakiki dibawah panji Islam rahmatan
lil a’lamiin.
Bangsa
Arab merupakan salah satu bangsa yang pernah memimpin dunia. Islam yang
merupakan kunci utama kemajuan peradaban bangsa ini, menjadi unsur pokok dalam
menebarkan ajaran perdamaian di dunia. Oleh karena itu, tak heran jika selama
kurun 7 abad lamanya bangsa ini mampu menjadi bangsa nomor satu di dunia.
Meskipun
demikian, pada hakikatnya, Islam tidak mengajarkan umatnya untuk membedakan
satu golongan dengan golongan lainnya. Kedudukan dalam masyarakat, status dan
jabatan tidak menjadi penghalang diberlakukan suatu kebijakan hukum.
Keberagaman suku, ras dan budaya, bukanlah wahana untuk saling mengadili dan
bertindak semena-mena, melainkan untuk saling mengenal dan menghormati. Inilah
salah satu penyebab mudahnya ajaran Islam diterima di berbagai kalangan,
berbagai ragam corak budaya dan kondisi masyarakat. Namun, tidak bisa kita
pungkiri bahwa bangsa Arablah yang pertama mempelopori Islam hingga dikenal
oleh dunia.
Lalu,
bangsa Arab mana yang baru saja kita saksikan?? Bukankah kita sedang melihat
pertikaian dalam tubuh bangsa ini dengan mata telanjang dan pikiran alam sadar
kita?? Bukankah kita juga yang ikut merasakan panasnya deru roket-roket yang
menghantam bumi tandus nan kering ini?? Bukankah kita sedang hidup di tengah
bangsa yang dahulu pernah menjadi bangsa nomor satu ini?? Ribuan jiwa melayang,
jutaan rumah hangus terbakar, antara kelompok satu dengan lainnya saling
menyodorkan senjata. Ratusan masjid dan perkantoran umum menjadi sasaran
penembakan dan penyerangan brutal. Budaya saling menjatuhkan, budaya saling
menyalahkan, budaya berebut kekuasaan sudah tak asing lagi terdengar di telinga
kita.
Padahal,
jika kita me-review kembali jejak panutan kita, Rasul Muhammad saw, tak
satu pun akan rela jika hanya untuk kepentingan golongan tertentu, satu tetes
darah harus dikorbankan. Rasulullah saw pernah berpesan dihadapan ribuan
sahabatnya saat haji Wada’. Bahwa darah, jiwa dan harta seorang muslim,
harganya setara dengan kesucian tanah haram, Mekah, dan Madinah. Tidak hanya
orang muslim saja yang terlindungi, orang yang berstatus nonislam pun
mendapatkan jaminan sebagaimana orang Islam itu sendiri. Rasulullah saw pernah
bersabda bahwa barang siapa yang menyakiti kafir dzimmiy, maka ia
sungguh telah menyakitiku. Coba bayangkan, betapa luhurnya ajaran agama ini.
Betapa besar perhatian ajaran agama ini dalam hal perlindungan jiwa, harta, dan
keamanan. Lalu mengapa peperangan, pertikaian, pemberontakan, kerusuhan dan
pembantaian dalam tubuh bangsa ini tak kunjung habisnya??!!
Dua
tahun sebelum saya dilahirkan, meletus perang teluk (1990). Tenggang 2 tahun
setelahnya, pertikaian Yaman Utara vs Yaman Selatan (1994) yang baru disatukan,
kembali mengguncang. Setelah reda hampir sepuluh tahun, meletus perang Irak
(2003). Tidak hanya di Irak, konflik berdarah di Darfur, Sudan (2005) pun ikut
menegang. Setelah Irak dan Sudan, serangkaian kerusuhan dalam negeri di awal
tahun 2011 menyeret sebagian besar perhatian dunia. Mulai dari kerusuhan di
Tunis, pergerakan kelompok oposisi di Libya, pertikaian di Mesir, pembantaian rakyat
sipil di Suriah, kerusuhan di Bahrain, hingga konflik perpecahan di Yaman masih
terus berlanjut. Belum lagi, pertikaian antar sekte dalam agama yang turut
mewarnai serangkaian peristiwa berdarah ini ikut mengalihkan perhatian dunia.
Wajah
bangsa ini terlanjur hitam, budaya bangsa ini terlanjur ternodai, moral bangsa
ini terlanjur bobrok. Setelah Husni Mubarak lengser dan disambut kegembiraan
rakyat Mesir, kerusuhan dalam negeri kembali tampil ke pentas laga. Kebijakan
syariat Islam kembali ditolak habis-habisan oleh sebagian kelompok yang
mengatasnamakan anti-Mursi. Konflik belum usai, pertikaian masih berlanjut.
Dentuman
bom molotov, hujaman tank-tank besar, tembakan roket pesawat tempur milik
Negara membrangus bumi Suriah. Serangkaian konflik berkepanjangan dalam negeri
yang tak kunjung usai. Kecaman dari berbagai pihak tidak mampu menggoyahkan
tekad Bassyar Asad. Serangan dari pihak luar tak sedikit pun meredam api
pertikaian di bumi Syam ini.
Pasca
terbunuhnya kolonel Moammar Khadafi. Stabilitas politik, ekonomi dan situasi
keamanan Libya masih mencekam. Belum banyak yang bisa dilakukan Dewam
Pemerintahan Transisi Nasional Libya. Berbeda dengan Yaman, pasca turunnya Ali
Abdullah Saleh, kini malah sedang menghadapi masalah besar berikutnya. Tuntutan
Yaman Selatan untuk kembali memisahkan diri dari negara kesatuan Republik
kembali meletus. Aden, yang diakui sebagai ibu kota Yaman Selatan sedang
dilanda kerusuhan. Tidak hanya di Aden, di beberapa kota-kota besar lainnya pun
ikut terseret untuk ikut mewarnai pertikaian. Kecaman dari berbagai pihak mulai
muncul di media. Rupanya, kemelut perpolitikan di negeri selatan Jazirah Arab ini
mulai banyak diperbincangkan di dunia internasional. Perseteruan di negeri ini
belum kunjung usai, pertikaian masih berlanjut.