"Dari sudut pandang masing-masing,,makhluk Allah paling mulia setelah nabi adalah IBU ...
Bergembiralah mereka yg sampai detik ini sedang bersama ibunya.
##
Dari sudut pandang pribadi, hari Ibu adalah hari aku dilahirkan, hari aku dibesarkan, hari aku tumbuh dewasa, hari aku beranjak lanjut usia, hari-hariku di alam kubur, sampai aku bisa meraih hari-hariku bersama IBU di surga sana, semoga." Ungkapku.
2.3 Keahlian Seorang Ibu Menghadapi Tantangan
Globalisasi
Secara
faktual, globalisasi tetap merupakan proses yang hampir tidak mungkin
dibendung. Ia bagaikan air bah yang akan menenggelamkan siapa saja yang yang
melawannya. Kita tidak bisa menolaknya secara apriori. Sehingga yang diperlukan
adalah kecerdasan untuk berenang agar suatu bangsa tidak tenggelam dan tidak
hanyut. Untuk itu, diperlukan seorang pemimpin dan model kepemimpinan yang
kuat, berkarakter, dan cerdas. Hanya dengan prakondisi inilah, kedaulatan
Negara, harga diri bangsa, kepentingan nasional, dan kepentingan rakyat akan
terlindungi dan terfasilitasi. Lalu, apa sangkut pautnya dengan peran seorang
ibu rumah tangga?
Seorang ibu yang cerdas adalah ia yang tahu bagaimana cara
paling evektif dalam menyetir pergaulan anaknya. Tak salah lagi jika pendidikan seorang ibu merupakan akar
kebangkitan sebuah keluarga dan bangsa. Sebagaimana yang telah disabdakan
Rasulullah saw bahwa wanita adalah tiang negara. Dengan pendidikan, seorang ibu
mampu mengentaskan kebodohan dan melahirkan generasi baru yang berkualitas dan bermoral
tinggi. Oleh sebab itu, seorang ibu sangat dianjurkan untuk mengenyam
pendidikan yang tinggi, bukan berarti esensi dari pendidikan bagi seorang
wanita hanyalah untuk 3M saja (masak, macak, dan manak). Ironis sekali jika
pendidikan berhenti sampai disitu mengingat tanggung jawab besar telah ia
pikul.
Konsekuensi
pendidikan dan pengetahuan seorang ibu akan bisa mengimbangi akan kemajuan
pendidikan IPTEK masa kini. Mengingat obyek pengawasan ibu sekarang adalah
anak-anaknya yang hidup di masa sekarang, bukan masa lalu. Oleh karena itu,
asupan pendidikan seorang ibu mempengaruhi bagaimana cara ia mendidik
anak-anaknya.
Contoh
relitanya adalah fakta pergaulan usia remaja saat ini. Tentu kita semua tidak
asing lagi mendengar maraknya pergaulan bebas ditengah-tengah masyarakat saat
ini. Salah satu dampak dari pergaulan bebas tersebut adalah ancaman seks bebas
yang melanda di sebagian besar kota-kota besar di sekitar kita. Terlepas dari
ganungan nurani kita untuk mencari
langkah preventif memcounter ancaman seks bebas dari luar, ada baiknya
jika kita sedikit mempertajam indera penglihatan kita terhadap faktor-faktor
yang memicu para remaja untuk menyelami dunia hitam pergaulan bebas. Ada beberapa faktor utama
yang paling mendasar, salah satunya yaitu kurangnya perhatian orang tua dalam
mendidik anak. Sikap orang tua yang dibilang acuh tak acuh terhadap pergaulan anaknya,
tentu sangat mempengaruhi keadaan psikis si anak. Sehingga suatu saat si anak
tersebut akan mengalami suatu kondisi dimana perhatian orang tua pada saat itu
adalah penentu jalan hidupnya. Oleh karena itu, Kita dapat dengan mudah melihat
perbedaan yang signifikan antara anak yang setiap harinya selalu mendapatkan
perhatian dari kedua orang tuanya dengan anak yang jarang dan bahkan tidak
pernah mendapatkan perhatian. Akibatnya, anak yang mendapat perhatian akan
menghindar dari pergaulan yang tidak diinginkan oleh orang tuanya. Sebaliknya,
anak yang kurang mendapat perhatian akan merasa bebas dan tidak terkontrol
dalam membatasi pergaulannya. Kondisi ini akan mendorongnya untuk melakukan
hal-hal yang semestinya tidak ia lakukan, karena ia merasa bahwa kedua orang
tuanya sudah tidak ingin tahu-menahu terhadap perbuatannya.
Seorang ibu yang pintar adalah ia yang mampu mengerti
keadaan anaknya. Mendidik anak ada kalanya harus bersikap lembut, dan
adakalanya pula harus bersikap tegas dan keras. Hal ini akan menjadi salah satu
penguat benteng bagi anaknya agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang
tidak baik dan terkesan bebas. Terkadang, problem yang dialami oleh ibu-ibu
zaman sekarang, yaitu ketidaktahuannya tentang perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Tekhnologi (IPTEK). Sehingga metode atau cara yang dipakai oleh sang ibu
dalam mendidik anaknya yang hidup di zaman modern, adalah metode yang pernah
dipakai oleh orang tua ibunya di zaman
klasik. Contohnya saja ketika sang anak memintanya untuk dibelikan handphone,
atau tablet PC dengan beribu-ribu alasan agar mudah berkomunikasi dengan teman
belajarnya saat belajar kelompok atau
kegiatan-kegiatan lainnya yang dirasa memiliki nilai positif menurut pandangan
sang ibu. Atau meminta untuk dibelikan laptop, komputer, dsb. dengan alasan
untuk keperluan tugas-tugas kuliah, mengetik, presentasi, internet, skripsi,
dsb. Disaat inilah, seorang ibu yang tahu IPTEK akan tahu bagaimana ia harus
bersikap. Disamping menuruti keinginan anaknya, ia juga selalu tanggap dan
mengawasi gerak-geriknya dan selalu memantau perkembangan anaknya setelah
berkelut di dalam dunia informatika yang sedang berkembang saat ini. Berbeda
dengan seorang ibu gaptek, yang hanya meng-iya-kan permintaan anaknya dan
menurutinya tanpa ada respon pengawasan berkelanjutan terhadap anaknya. Yang
ada hanya asumsi berkedok kasih sayang tanpa ada arahan dan nasihat.
Minimnya pengetahuan orang tua tentang tekhnologi akan
berdampak negatif terhadap pengawasan pergaulan anaknya. Seorang anak akan
lebih pintar menyembunyikan hal-hal yang tidak pernah terbesit dalam benak
orang tuanya. Untuk itu, keahlian seorang pendidik anak di era globalisasi ini,
dalam hal ini adalah seorang ibu, merupakan tali kendali utama yang memiliki
pengaruh besar dalam perubahan masa depan anaknya.
Seiring
dengan kerasnya kehidupan saat ini, kemajuan tekhnologi dan informasi seakan
menghujam di setiap bilik rumah. Jika tidak diimbangi dengan kemampuan
menyikapi hal tersebut, maka yang ada kita akan terseret oleh derasnya arus
tersebut. Untuk itu, senjata utama yang harus dimiliki seorang ibu adalah
membekali diri dengan pemberdayaan pendidikan IPTEK dan IMTAK. Dengan
memprioritaskan sisi praktik aplikatif dan moral keislaman yang seimbang, agar seorang
ibu mampu menjadi figur yang cerdas dan berwibawa yang mampu mengemban tugas
mencetak generasi penerus Islam yang berkualitas, dan mampu membina keluarga
yang sakinah serta mampu berperan aktif dalam pentas dinamika kehidupan nyata
sebagaimana telah ditauladankan oleh muslimah periode risalah. Sehingga dengan
begitu nyatalah apa yang elah diungkapkan oleh Rasulullah saw: "Dunia
adalah perhiasan. Dan perhiasan terindah dunia adalah wanita saleha". (HR.
Muslim, Nasâ'I, dan Ibn Mâjah)[1].
[1] Abd al-'Azhîm al-Mundzirî, al-Targhîb
wa al-Tarhîb min al-Hadîts al-Syarîf, Lebanon : Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah.
Cet. Ke-1, 1417, Juz.3, hal. 27.
0 comments:
Posting Komentar