Sabtu, 22 Desember 2012

Peranan Ibu dalam Mencetak Generasi Bangsa; Part II


"Dari sudut pandang masing-masing,,makhluk Allah paling mulia setelah nabi adalah IBU ...
Bergembiralah mereka yg sampai detik ini sedang bersama ibunya.
##
Dari sudut pandang pribadi, hari Ibu adalah hari aku dilahirkan, hari aku dibesarkan, hari aku tumbuh dewasa, hari aku beranjak lanjut usia, hari-hariku di alam kubur, sampai aku bisa meraih hari-hariku bersama IBU di surga sana, semoga." Ungkapku.



2.3 Keahlian Seorang Ibu Menghadapi Tantangan Globalisasi
Secara faktual, globalisasi tetap merupakan proses yang hampir tidak mungkin dibendung. Ia bagaikan air bah yang akan menenggelamkan siapa saja yang yang melawannya. Kita tidak bisa menolaknya secara apriori. Sehingga yang diperlukan adalah kecerdasan untuk berenang agar suatu bangsa tidak tenggelam dan tidak hanyut. Untuk itu, diperlukan seorang pemimpin dan model kepemimpinan yang kuat, berkarakter, dan cerdas. Hanya dengan prakondisi inilah, kedaulatan Negara, harga diri bangsa, kepentingan nasional, dan kepentingan rakyat akan terlindungi dan terfasilitasi. Lalu, apa sangkut pautnya dengan peran seorang ibu rumah tangga?
Seorang ibu yang cerdas adalah ia yang tahu bagaimana cara paling evektif dalam menyetir pergaulan anaknya. Tak salah lagi jika pendidikan seorang ibu merupakan akar kebangkitan sebuah keluarga dan bangsa. Sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah saw bahwa wanita adalah tiang negara. Dengan pendidikan, seorang ibu mampu mengentaskan kebodohan dan melahirkan generasi baru yang berkualitas dan bermoral tinggi. Oleh sebab itu, seorang ibu sangat dianjurkan untuk mengenyam pendidikan yang tinggi, bukan berarti esensi dari pendidikan bagi seorang wanita hanyalah untuk 3M saja (masak, macak, dan manak). Ironis sekali jika pendidikan berhenti sampai disitu mengingat tanggung jawab besar telah ia pikul.
Konsekuensi pendidikan dan pengetahuan seorang ibu akan bisa mengimbangi akan kemajuan pendidikan IPTEK masa kini. Mengingat obyek pengawasan ibu sekarang adalah anak-anaknya yang hidup di masa sekarang, bukan masa lalu. Oleh karena itu, asupan pendidikan seorang ibu mempengaruhi bagaimana cara ia mendidik anak-anaknya.
Contoh relitanya adalah fakta pergaulan usia remaja saat ini. Tentu kita semua tidak asing lagi mendengar maraknya pergaulan bebas ditengah-tengah masyarakat saat ini. Salah satu dampak dari pergaulan bebas tersebut adalah ancaman seks bebas yang melanda di sebagian besar kota-kota besar di sekitar kita. Terlepas dari ganungan nurani kita untuk  mencari langkah preventif memcounter ancaman seks bebas dari luar, ada baiknya jika kita sedikit mempertajam indera penglihatan kita terhadap faktor-faktor yang memicu para remaja untuk menyelami dunia hitam pergaulan bebas. Ada beberapa faktor utama yang paling mendasar, salah satunya yaitu kurangnya perhatian orang tua dalam mendidik anak. Sikap orang tua yang dibilang  acuh tak acuh terhadap pergaulan anaknya, tentu sangat mempengaruhi keadaan psikis si anak. Sehingga suatu saat si anak tersebut akan mengalami suatu kondisi dimana perhatian orang tua pada saat itu adalah penentu jalan hidupnya. Oleh karena itu, Kita dapat dengan mudah melihat perbedaan yang signifikan antara anak yang setiap harinya selalu mendapatkan perhatian dari kedua orang tuanya dengan anak yang jarang dan bahkan tidak pernah mendapatkan perhatian. Akibatnya, anak yang mendapat perhatian akan menghindar dari pergaulan yang tidak diinginkan oleh orang tuanya. Sebaliknya, anak yang kurang mendapat perhatian akan merasa bebas dan tidak terkontrol dalam membatasi pergaulannya. Kondisi ini akan mendorongnya untuk melakukan hal-hal yang semestinya tidak ia lakukan, karena ia merasa bahwa kedua orang tuanya sudah tidak ingin tahu-menahu terhadap perbuatannya.
Seorang ibu yang pintar adalah ia yang mampu mengerti keadaan anaknya. Mendidik anak ada kalanya harus bersikap lembut, dan adakalanya pula harus bersikap tegas dan keras. Hal ini akan menjadi salah satu penguat benteng bagi anaknya agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak baik dan terkesan bebas. Terkadang, problem yang dialami oleh ibu-ibu zaman sekarang, yaitu ketidaktahuannya tentang perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK). Sehingga metode atau cara yang dipakai oleh sang ibu dalam mendidik anaknya yang hidup di zaman modern, adalah metode yang pernah dipakai oleh orang  tua ibunya di zaman klasik. Contohnya saja ketika sang anak memintanya untuk dibelikan handphone, atau tablet PC dengan beribu-ribu alasan agar mudah berkomunikasi dengan teman belajarnya  saat belajar kelompok atau kegiatan-kegiatan lainnya yang dirasa memiliki nilai positif menurut pandangan sang ibu. Atau meminta untuk dibelikan laptop, komputer, dsb. dengan alasan untuk keperluan tugas-tugas kuliah, mengetik, presentasi, internet, skripsi, dsb. Disaat inilah, seorang ibu yang tahu IPTEK akan tahu bagaimana ia harus bersikap. Disamping menuruti keinginan anaknya, ia juga selalu tanggap dan mengawasi gerak-geriknya dan selalu memantau perkembangan anaknya setelah berkelut di dalam dunia informatika yang sedang berkembang saat ini. Berbeda dengan seorang ibu gaptek, yang hanya meng-iya-kan permintaan anaknya dan menurutinya tanpa ada respon pengawasan berkelanjutan terhadap anaknya. Yang ada hanya asumsi berkedok kasih sayang tanpa ada arahan dan nasihat.
Minimnya pengetahuan orang tua tentang tekhnologi akan berdampak negatif terhadap pengawasan pergaulan anaknya. Seorang anak akan lebih pintar menyembunyikan hal-hal yang tidak pernah terbesit dalam benak orang tuanya. Untuk itu, keahlian seorang pendidik anak di era globalisasi ini, dalam hal ini adalah seorang ibu, merupakan tali kendali utama yang memiliki pengaruh besar dalam perubahan masa depan anaknya. 
Seiring dengan kerasnya kehidupan saat ini, kemajuan tekhnologi dan informasi seakan menghujam di setiap bilik rumah. Jika tidak diimbangi dengan kemampuan menyikapi hal tersebut, maka yang ada kita akan terseret oleh derasnya arus tersebut. Untuk itu, senjata utama yang harus dimiliki seorang ibu adalah membekali diri dengan pemberdayaan pendidikan IPTEK dan IMTAK. Dengan memprioritaskan sisi praktik aplikatif dan moral keislaman yang seimbang, agar seorang ibu mampu menjadi figur yang cerdas dan berwibawa yang mampu mengemban tugas mencetak generasi penerus Islam yang berkualitas, dan mampu membina keluarga yang sakinah serta mampu berperan aktif dalam pentas dinamika kehidupan nyata sebagaimana telah ditauladankan oleh muslimah periode risalah. Sehingga dengan begitu nyatalah apa yang elah diungkapkan oleh Rasulullah saw: "Dunia adalah perhiasan. Dan perhiasan terindah dunia adalah wanita saleha". (HR. Muslim, Nasâ'I, dan Ibn Mâjah)[1].


[1] Abd al-'Azhîm al-Mundzirî, al-Targhîb wa al-Tarhîb min al-Hadîts al-Syarîf, Lebanon: Dâr al-Kutub al-Ilmiyyah. Cet. Ke-1, 1417, Juz.3, hal. 27.

0 comments:

Posting Komentar

 
;